AdvertorialKabupaten SukabumiPemerintahan

Keren, Podcast Mashtaka Diarpus Kabupaten Sukabumi Hadirkan Mahasiswa Palestina

Sukabuminow.com || Podcast Mari Sharing Bersama Perpustakaan (Mashtaka) Dinas Arsip Dan Perpustakaan (Diarpus) Kabupaten Sukabumi telah menyelesaikan edisi kedua, 12 Juli 2023 lalu.

Setelah menghadirkan Anggota Komisi X DPR RI, Desy Ratnasari, podcast inovatif itu kini menghadirkan mahasiswa Palestina yang tengah menjalani program pertukaran pelajar Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI).

“Suatu kehormatan bagi podcast Mashtaka bisa menghadirkan mereka,” ungkap Kepala Bidang Perpustakaan Diarpus Kabupaten Sukabumi, Yana Chefiana, Sabtu (15/7/23).

Yana menjelaskan, terdapat kejadian unik di tengah jalannya podcast. Bahasa yang diakuinya menjadi kendala. Namun berkat itu pula, suasana lebih cair karena tak jarang mengundang gelak tawa.

“Tapi kendalanya bisa diatasi. Awalnya mereka bersedia diwawancara untuk 15 menit. Tapi ternyata bablas sampai 30 menit. Banyak hal yang ditanyakan dan diceritakan dalam podcast kemarin itu,” terangnya.

Satu di antara pertanyaan yang dilontarkan Asep Hikmat selaku host, kata Yana, yakni kabar terbaru situasi saat ini di Palestina. Salah seorang mahasiswa bernama Muhammad Al Kul memberikan jawaban.

“Jawabannya di sana masih dalam keadaan sangat berbahaya. Walaupun sebetulnya anak-anak dan semua orang di Palestina sangat mencintai pendidikan, tetapi mereka sangat sulit mengejar pendidikan dengan tenang. Selain situasi saat ini, ekonomi juga menjadi faktor penyebabnya,” ucap Yana menuturkan.

“Beliau juga mengucapkan terima kasih kepada muslim Indonesia atas segala dukungan moril saat ini kepada muslim Palestina. Orang Indonesia baik pemimpinnya, rakyat, dan negaranya, memiliki nilai tersendiri di mata rakyat Palestina. Mereka sangat mencintai orang Indonesia,” lanjutnya.

Apa yang dilontarkan Muhammad Ali Kul, ujar Yana, membuat suasana podcast menjadi penuh haru. Cerita yang disampaikan, menurutnya, tidak dapat dibayangkan. Dirinya berharap, para mahasiswa tersebut dapat terus melanjutkan pendidikannya. Sehingga saat kembali, ilmu yang didapatkan dapat disalurkan kepada sesama.

“Bagi mereka pendidikan di sana sangat sulit. Beberapa titik di Jalur Gaza belum kondusif untuk mengejar pendidikan. Bantuan, dukungan, dan pertolongan dari semua negara sangat dibutuhkan bagi mereka untuk pendidikan. Tidak digambarkan secara detail sebarapa sulit pendidikan di sana, apakah infrastruktur, guru, atau kesempatan rakyat Palestina-nya yang tidak ada untuk mengejar pendidikan,” bebernya.

“Jenjang pendidikan yang tersedia di sana mulai dari Madrasatul Ibtidaiyah, Adadiyah, Tsanawiyah, dan University,” pungkasnya. (Ceppy ST)

Editor : Andra Permana

Berita Terkait

Back to top button