Samson di Mata Keluarga: Sosok Ayah Penyayang di Balik Kontroversi

Sukabuminow.com || Di balik kehidupannya yang penuh kontroversi, Herlan alias Samson menyimpan sisi kemanusiaan yang jarang diketahui banyak orang. Ia bukan sekadar pria yang sering disebut membuat ulah, melainkan seorang ayah yang begitu mencintai anaknya.
Ema Purnamasari (43 th), bibinya, mengenang bagaimana Samson menitipkan amanah besar sebelum kepergiannya. Anak perempuan berusia dua tahun itu kini menjadi tanggung jawabnya, sebagaimana permintaan terakhir Samson.
“Bi, titip anak. Jangan sampai dibawa siapa pun kecuali bibi, sampai kapan pun,” lirih Ema, menirukan pesan keponakannya itu, Sabtu (22/2/25).
Berita Terkait :
Ema dan suaminya tinggal di sebuah bangunan bekas Observasi Bulan di Kampung Lambau Selagedang, Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan, Sukabumi. Di tempat itulah Samson sering singgah, entah untuk sekadar makan, menginap, atau bahkan setelah keluar dari rumah sakit.
Pesan Terakhir: Pergi ke Masjid dan Tak Kembali
Hari itu, Jumat (21/2/25), sebelum kejadian tragis yang merenggut nyawanya, Samson berpamitan untuk pergi ke masjid. Ema sempat menasihatinya agar tidak membuat onar lagi dan menjalankan salat dengan benar.
“Saya bilang, jangan bikin onar di sini, karena bibi sayang sama kamu,” kenang Ema.
Tak lama berselang, suami Ema membawa kabar mengejutkan: Samson telah tiada. Dengan hati tak percaya, Ema bergegas memastikan. Namun, hanya suaminya yang sanggup melihat langsung jenazah Samson.
“Saya nggak kuat, jantungan. Saya hanya bisa melihatnya terakhir kali dalam keadaan sudah terbujur kaku,” ujar Ema dengan mata berkaca-kaca.
Samson di Mata Keluarga: Pria Baik yang Sering Disalahpahami
Menurut Ema, di lingkungan keluarga, Samson dikenal sebagai pribadi yang baik. Meski banyak yang menyebutnya mengalami gangguan mental, Ema menampik anggapan tersebut.
“Di sini, di Selagedang, dia nggak pernah bikin masalah. Sama tetangga, sama RT, RW, nggak ada onar sedikit pun. Saya tahu betul, karena anaknya dia titipkan ke saya,” tegasnya.
Memang, Samson kerap membuat ulah di luar, seperti meminta-minta di pasar atau membuat keributan. Namun, menurut Ema, hal itu bukanlah bukti bahwa ia gila.
“Kalau dia benar-benar gila, pasti anaknya kena dampaknya. Saya pun bisa saja kena. Tapi setitik pun saya nggak pernah melihat dia kasar ke anaknya, apalagi ke saya,” ujar Ema.
Ayah yang Tak Lupa Berbagi
Di balik semua label negatif yang disematkan padanya, Samson ternyata adalah sosok yang gemar berbagi.
“Sering ke masjid, sering salat. Kalau ada rokok, suka ngasih ke tetangga. Kalau ke laut, suka bantu-bantu kasih susu buat anaknya. Segila-gilanya manusia, pasti ada benarnya,” pungkas Ema.
Kini, amanah besar ada di tangan Ema: merawat anak Samson yang masih kecil hasil pernikahannya dengan istrinya namun kandas sejak dua tahun lalu. Meski kehilangan besar itu masih terasa, satu hal yang pasti, Samson meninggalkan jejak cinta yang tak akan pudar, kasih sayang seorang ayah yang tak pernah luntur. (Edo)
Redaktur : Andra Permana