AdvertorialKabupaten SukabumiPertanian

Harga Kedelai Belum Stabil, Ini Penyebabnya

Reporter : Ade Firmansyah

Sukabuminow.com || Harga kedelai masih tergolong tinggi hingga saat ini. Pengrajin tahu dan tempe masih mengeluhkan hal itu. Terbaru, harga kedelai berada di angka 8 hingga 9 ribu rupiah per kilogramnya.

Kepala Bidang Tanaman Pangan Dan Hortikultura (TPH) Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi, Dosen Karmana, mengatakan, harga kedelai normalnya berada pada kisaran 6 ribu rupiah ke bawah per kilogramnya.

“Ada beberapa alasan kenapa harga kedelai masih cukup tinggi hingga saat ini,” tutur Dosen, saat ditemui Sukabuminow.com di ruangannya, Kamis (28/1/21).

Kedelai yang digunakan pengrajin tahu dan tempe, kata Dosen, merupakan kedelai impor dari Amerika Serikat, Argentina, dan Brazil. Pandemi Covid-19 yang merebak, menyebabkan kedatangan kedelai tersebut terlambat.

“Biasanya perjalanan impor kedelai itu 3 pekan. Sekarang bisa lebih lama dari itu sehingga stok menjadi tipis dan imbasnya ke harga menjadi melambung,” jelasnya.

“Masalah lain juga muncul, yakni tingkat produksi di negara produsen mengalami penurunan hingga 20 persen. Efek wabah Covid-19,” imbuhnya.

Lebih jauh Dosen menjelaskan, pengrajin tahu dan tempe memang sangat bergantung pada kedelai impor. Mengingat kualitasnya jauh lebih baik daripada kedelai dalam negeri.

“Pengrajin tempe dan tahu di Indonesia kurang menyukai kedelai lokal. Alasannya karena butirannya kecil dan proses perendaman bisa 3 kali lebih lama. Sehingga ongkos dan proses produksi lebih boros,” bebernya.

Tak hanya itu, produktivitas tanaman kedelai di Indonesia juga tergolong rendah. Di Kabupaten Sukabumi saja, realisasi tanam kedelai pada tahun 2020 mencapai 9.800 hektare, baik program maupun swadaya. Namun hasilnya, jauh dari kata memuaskan.

“Produktivitasnya rendah, rata-rata 1 kilogram per hektare. Belum lagi harga jual dari petani yang rendah. Sehingga para petani lebih antusias menanam padi dan jagung. Kedelai ini menempati ranking ke-3 dalam keluarga tanaman pangan setelah padi dan jagung,” bebernya.

Tahun 2020, para petani kedelai banyak yang melakukan panen muda terhadap kedelai yang ditanamnya. Harga jual yang rendah menjadi salah satu alasannya.

“Apalagi musim kemarau tahun 2020 itu adalah kemarau basah. Jadi curah hujan masih bagus. Petani kedelai melakukan panen muda dan mereka lebih tertarik menanam padi yang memiliki nilai ekonomis lebih baik dari kedelai,” tandasnya.

Editor : Andra Permana || E-mail Redaksi : sukabuminow8@gmail.com

Berita Terkait

Back to top button