Upacara Adat Jadi Inti Syukuran Hari Nelayan ke-65, Disbudpora Ambil Peran Sentral

Sukabuminow.com || Semangat pelestarian budaya lokal kembali menjadi nyawa utama dalam perayaan Hari Syukuran Nelayan Palabuhanratu ke-65 yang akan digelar pada 21 Mei 2025 mendatang di Alun-Alun Gadobangkong, Palabuhanratu. Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga (Disbudpora) Kabupaten Sukabumi tampil sebagai penjaga tradisi, memastikan nilai-nilai adat yang menjadi akar identitas masyarakat pesisir tidak luntur di tengah semarak perayaan.
Kepala Disbudpora Kabupaten Sukabumi, Yudi Mulyadi, menegaskan bahwa pihaknya kini memfokuskan peran pada pelaksanaan upacara adat sebagai bentuk nyata komitmen pelestarian warisan budaya tak benda.

“Kami berkomitmen menjaga ritus adat yang sudah menjadi warisan turun-temurun. Fokus utama kami adalah pada upacara adat yang menjadi simbol syukur masyarakat pesisir, sekaligus identitas budaya yang tidak boleh tergerus zaman,” ujar YudiYudi, Jumat (9/5/25).
Lebih lanjut, ia menyebut bahwa tradisi seperti Wagus Ajia, yang dahulu dilaksanakan secara meriah dengan berbagai prosesi sakral, kini tetap dilestarikan dalam bentuk ritual inti. Hal ini dilakukan agar esensi dan nilai spiritual yang terkandung dalam tradisi tersebut tetap terjaga, meskipun dikemas dalam bentuk yang lebih sederhana.
“Wagus Ajia dulunya penuh simbol dan makna. Kini mungkin tidak semeriah dulu, tetapi substansi budayanya tetap kami jaga dalam prosesi inti,” tambahnya.
Sebagai instansi yang memiliki tanggung jawab langsung di bidang kebudayaan, Disbudpora mengambil posisi sebagai garda terdepan untuk memastikan bahwa penyelenggaraan upacara adat berjalan sesuai pakem, serta mampu menghadirkan kembali semangat kolektif masyarakat dalam merawat nilai-nilai tradisi.
“Respons masyarakat selalu positif. Mereka menyambut baik pelaksanaan upacara adat dalam Hari Nelayan karena memang itulah yang menjadi ruh dari perayaan ini. Tradisi ini bukan sekadar seremoni, tetapi bentuk syukur dan ikatan spiritual masyarakat dengan laut,” ungkapnya.
Meski belum ada informasi lengkap terkait rangkaian hiburan atau kegiatan lain dari panitia pelaksana, Disbudpora memastikan keterlibatannya tetap terfokus dan terarah.
“Soal agenda besar lainnya kami belum tahu pasti karena itu wewenang panitia. Kami fokus pada upacara adat sebagai tugas utama kami. Ini bukan sekadar formalitas, tapi bagian penting dari pelestarian identitas budaya pesisir,” tegasnya.
Dengan pendekatan ini, Disbudpora tak hanya sekadar hadir dalam perayaan tahunan, tetapi sekaligus mengukuhkan diri sebagai institusi yang konsisten menjaga nyala budaya di tengah arus perubahan zaman. Hari Nelayan, bagi masyarakat Palabuhanratu, bukan sekadar pesta rakyat, tetapi momentum sakral yang menjembatani masa lalu dan masa depan melalui tradisi yang lestari.
Reporter: Andry Hidayat
Redaktur: Andra Permana