Jalur Longsor di Simpenan Sukabumi Segera Normal, Pemkab Fokus Pada Percepatan

Sukabuminow.com || Proses pembuangan material pasca-longsor di Kampung Cimapag, Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, sempat terhambat. Longsor yang terjadi pada Rabu (23/12/24) sekitar pukul 03.00 sore ini sempat menghadapi kendala koordinasi terkait lahan pembuangan material.
Namun, berkat komunikasi yang baik, hambatan tersebut akhirnya teratasi. Armada pengangkut material pun ditambah menjadi lima unit untuk mempercepat proses pembersihan.
“Sebetulnya komunikasi sudah berjalan baik, hanya saja ada kendala di lokasi pembuangan yang berdekatan dengan gorong-gorong. Kalau hujan, dikhawatirkan akan ada dampak lebih lanjut. Warga sebenarnya sudah bersedia, hanya satu keluarga belum mengizinkan karena salah satu anggota keluarganya sedang sakit stroke,” tutur Bupati Sukabumi, Marwan Hamami, yang turun langsung ke lokasi bersama unsur Forkopimda Kabupaten Sukabumi, Kamis (26/12/24).
Marwan menambahkan, pihaknya telah mencapai kesepakatan dengan warga. Pemerintah Daerah melalui Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) akan menangani sistem pembuangan air di sekitar lokasi gorong-gorong.
“Kesepakatan sudah tercapai. Tinggal pengerjaan teknisnya saja. Kita akan segera menindaklanjuti ini,” ujarnya.
Perekonomian Terganggu
Marwan menjelaskan, longsor tersebut berdampak besar pada perekonomian warga. Jalur utama yang menghubungkan Palabuhanratu dengan Kiara Dua menjadi terganggu. Ia juga menyoroti bangunan-bangunan di sekitar lokasi longsor yang diduga tidak memiliki izin.
“Akibat longsor ini, jelas perekonomian warga terganggu karena ini jalur utama. Kita juga menduga bangunan di sekitar sini tidak berizin, karena posisi bangunannya melanggar sempadan jalan dan sungai,” ungkap Marwan.
Ia menambahkan, ada beberapa bangunan yang berisiko karena fondasinya terlalu tinggi dan dibangun di lereng curam. Hal ini membuat situasi semakin rawan.
Upaya Percepatan Penanganan
Untuk mempercepat penanganan, pemerintah telah membuka jalur alternatif melalui Lengkong dan Sagaranten. Meski demikian, jalur utama tetap menjadi prioritas perbaikan karena pentingnya akses ekonomi dan pariwisata di wilayah tersebut.
“Contohnya, pengiriman batu dari Jebrod kini harus memutar jauh hingga ke Ciwaru, yang membuat biaya naik dari 1,2 juta rupiah menjadi 2,6 juta rupiah. Namun, kita optimistis jalur ini akan segera normal kembali,” ujar Marwan.
Ia juga menyinggung potensi pariwisata, terutama terkait Ciletuh-Palabuhanratu UNESCO Global Geopark (CPUGG). Menurutnya, perbaikan jalur utama akan membuka lebih banyak peluang pengembangan wisata.
“Kami sudah menginformasikan kepada masyarakat bahwa perbaikan terus berjalan. Bahkan menjelang Natal, jalur ini sudah bisa digunakan kembali,” pungkasnya. (Edo)
Editor : Andra Permana