Kabupaten SukabumiKriminal dan Hukum

13 Tahun Trauma Pecah: GM Resmi Melaporkan Oknum Guru Surade ke Polisi

Sukabuminow.com || Suasana media sosial sempat bergolak beberapa hari terakhir setelah seorang perempuan berinisial GM membagikan kisah lamanya tentang dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oleh seorang oknum guru di Kecamatan Surade. Pengakuannya mengguncang publik, memicu empati, sekaligus tekanan besar bagi aparat penegak hukum untuk menindaklanjuti.

Di tengah derasnya perhatian publik itu, GM akhirnya mengambil langkah yang lebih jauh. Senin (17/11/25), ia resmi melaporkan oknum guru tersebut ke Polres Sukabumi, didampingi DPD KNPI Kabupaten Sukabumi dan Komunitas Rumah Literasi Merah Putih.

Laporan itu bukan muncul dalam semalam. Ada perjalanan panjang, emosional, dan penuh keraguan sebelum GM memutuskan berdiri di hadapan polisi.

Berawal dari Media Sosial: Suara Lama yang Akhirnya Pecah

Kisah ini mencuat saat GM menuliskan pengalaman traumatisnya di media sosial, pengalaman yang ia pendam lebih dari 13 tahun. Tulisan itu menyiratkan luka, tetapi juga keberanian untuk membuka kembali peristiwa yang selama bertahun-tahun mengekangnya.

Unggahan tersebut langsung viral. Banyak warganet memberikan dukungan, sementara sebagian lain mendesak GM untuk melaporkan ke pihak berwajib.

Beberapa organisasi masyarakat dan aktivis literasi langsung bergerak. DP3A Kabupaten Sukabumi kemudian memberikan ruang konsultasi bagi GM untuk memastikan ia mendapatkan jalur hukum yang tepat.

Namun dukungan terbesar datang dari organisasi kepemudaan dan komunitas literasi yang merasa terpanggil.

Pertemuan Pertama dengan Pendamping: Dari Trauma ke Tekad

DPD KNPI Kabupaten Sukabumi dan Komunitas Rumah Literasi Merah Putih menjadi dua pihak yang akhirnya mendampingi GM secara intens.

Pertemuan pertama berlangsung emosional. GM menceritakan bagaimana ia kembali ke kampung halamannya dan menemukan indikasi bahwa terduga pelaku masih melakukan perbuatan serupa kepada sejumlah anak lainnya. Saat itu ia mengaku terpukul.

“Saya kira setelah kejadian saya yang belasan tahun lalu, pelaku sudah berubah. Tapi ketika saya pulang, saya lihat dia malah menjadi-jadi. Itu menjadi pemicu saya untuk membuat laporan ini,” ujar GM.

Pendamping mencatat setiap detail, termasuk kesaksian beberapa pihak yang menghubungi GM setelah unggahannya viral. Semakin banyak cerita yang bermunculan, semakin jelas bahwa kasus ini tidak sederhana.

Menuju Hari Pelaporan: GM Menguatkan Diri

Sehari sebelum pelaporan, GM berkonsultasi dengan DP3A Kabupaten Sukabumi untuk memastikan kesiapan mental dan langkah hukum yang akan ditempuh. Ia sempat gugup, tetapi tetap mantap, terutama setelah menerima sejumlah pesan pribadi dari orang-orang yang mengaku pernah mengalami hal serupa.

“Saya tidak memiliki kepentingan lain. Saya murni ingin menghentikan kejadian seperti ini di kemudian hari,” ujarnya ketika ditanya motivasinya.

Senin Pagi di Mapolres Sukabumi: Langkah Hukum Dimulai

Senin pagi, GM datang ke Polres Sukabumi dengan kacamata hitam dan langkah yang hati-hati. Wajahnya terlihat tegang, tetapi tatapannya kokoh. Di dua sisinya, perwakilan KNPI dan Komunitas Rumah Literasi berjalan mengiringi.

Ruang pelaporan dipenuhi suasana hening dan serius ketika GM mulai memberikan keterangan kepada penyidik. Pendamping membantu menjelaskan hal-hal yang dianggap terlalu berat untuk diutarakan langsung oleh GM, terutama terkait trauma yang masih ia rasakan.

“Harapan saya polisi bisa menindak tegas pelaku dengan hukuman setimpal. Atas nama para korban, saya ingin pelaku dihukum seadil-adilnya dan seberat-beratnya,” tegas GM.

Kehadiran KNPI: Mengawal Keadilan Korban

Bidang Hukum DPD KNPI Sukabumi, Asep, menegaskan komitmen mereka untuk memastikan GM mendapatkan keadilan tanpa tekanan.

“Kami ingin memastikan proses hukum ini berkeadilan bagi korban atas dugaan tindakan asusila yang dilakukan oknum guru tersebut,” ujarnya.

KNPI, kata Asep, tidak sekadar hadir, tetapi juga tengah menyiapkan surat resmi untuk LPSK agar korban mendapatkan perlindungan maksimal.

“Kami akan berkirim surat dan berkoordinasi agar korban ini dilindungi secara khusus oleh LPSK,” katanya.

Komunitas Literasi Ungkap Dugaan Keterlibatan Pihak Lain

Sekjen Komunitas Rumah Literasi Merah Putih, Dede Heri, mengungkapkan bahwa mereka menemukan indikasi adanya pihak lain yang diduga berperan seperti mucikari yang “menawarkan” anak-anak kepada pelaku.

“Dalam pendampingan kami, ada temuan dugaan bahwa pelaku tidak bertindak sendiri. Ada pihak lain yang berperan, mirip seperti mucikari,” ungkapnya.

Dede menyebut pihaknya telah mengumpulkan bukti berupa percakapan elektronik, foto, serta kronologi lengkap yang memperkuat dugaan tersebut.

“Kami sudah melakukan pendalaman dan memiliki bukti percakapan yang merujuk pada skandal pelecehan seksual di lingkungan sekolah. Polanya tidak sederhana,” terangnya.

Bukti yang Dibawa: Foto dan Percakapan Mengarah ke Tindakan Asusila

KNPI juga menegaskan bahwa mereka membawa bukti kuat. “Ada foto yang mengarah ke tindakan asusila, dikirim melalui pesan elektronik. Itu diminta pelaku kepada korban,” ujar Asep.

Bukti-bukti tersebut menjadi bagian penting dalam mendorong penyelidikan lebih cepat.

Harapan Mengungkap Seluruh Skandal

Pendamping meminta polisi menyelidiki kasus ini secara tuntas. “Harapan kami, kepolisian mengungkap kasus ini secara terang benderang dan membongkar seluruh pihak yang terlibat,” ujar Dede.

Bagi GM, hari itu bukan akhir, tetapi permulaan dari perjuangan panjang mencari keadilan—bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk para korban lain yang selama ini memilih diam.

Reporter: Edo
Redaktur: Andra Permana

Berita Terkait

Back to top button

You cannot copy content of this page