Kabupaten Sukabumi

Jembatan Hanyut, Guru di Sukabumi Tetap Mengajar Meski Harus Bertarung dengan Arus Sungai

Sukabuminow.com || Semangat pengabdian Leni Sumarni (41 th), guru SDN Cibadak, Desa Neglasari, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi, kembali menggetarkan hati publik. Sebuah video memperlihatkan perjuangannya menyeberangi derasnya Sungai Cikaso viral di media sosial, Senin (28/4/25).

Dalam rekaman itu, Leni tampak berjalan perlahan di tengah derasnya arus sungai yang bergemuruh. Tubuhnya yang tengah hamil enam bulan bergulat dengan arus, sembari sesekali mengangkat rok panjangnya agar tidak terseret air. Dengan penuh kehati-hatian, ia menuruni tebing licin tanpa alat bantu, hanya berbekal keyakinan dan cinta untuk anak-anak yang menantinya di seberang.

Tak ada jembatan. Tak ada tali pengaman. Hanya keberanian luar biasa dan tekad seorang guru untuk tetap hadir bagi murid-muridnya.

Setahun lalu, kisah serupa sempat menghebohkan publik, ketika Leni harus meniti jembatan besi miring yang nyaris ambruk. Jembatan darurat yang kemudian dibangun oleh para relawan itu kini telah hanyut diterjang luapan sungai.

“Barusan juga perut saya terasa sakit ke bawah, kaki agak bengkak karena menahan arus air,” ujar Leni, suaranya lirih nyaris tenggelam dalam gemuruh sungai.

Saat ditanya tentang kondisi jembatan, Leni hanya menjawab singkat, “Jembatannya enggak ada, hanyut.”

Pilihan yang dihadapi Leni sungguh berat. Ada jalur alternatif, namun harus memutar dua jam perjalanan melewati medan berat, tebing curam, licin, dan rawan longsor. Ia pun memilih jalur sungai, meski penuh risiko.

“Saya tetap berangkat selama masih bisa. Selagi masih sehat dan tubuh kuat, saya tetap berangkat. Kecuali kalau kondisi fisik saya benar-benar drop,” katanya dengan mata berkaca-kaca.

Bagi Leni, tugasnya sebagai pendidik adalah janji yang tak boleh dikhianati, betapapun berat medan yang harus dilalui.

“Segala risiko sudah saya perhitungkan. Apapun yang terjadi, demi anak didik saya dan kewajiban saya sebagai guru di daerah terpencil, saya akan terus berjuang,” tuturnya dengan suara tercekat.

Leni berharap pemerintah segera merealisasikan pembangunan jembatan permanen yang sempat dijanjikan pada November 2024 lalu.

“Kalau tidak bisa jembatan permanen, minimal ada jembatan sementara untuk saya dan anak-anak menyebrang. Saya mohon perhatian dari pemerintah,” pintanya.

Selain mengajar di SDN Cibadak, Leni juga membimbing anak-anak mengaji di madrasah. Namun, bila hujan deras mengguyur, kegiatan itu terpaksa diliburkan karena risiko bahaya yang tinggi.

“Siswa madrasah kalau hujan deras dan air meluap, saya liburkan. Kalau airnya masih memungkinkan, saya minta diantar jemput orang tuanya,” jelasnya.

Jika air Sungai Cikaso tiba-tiba meluap di sore hari, perjalanan pulang pun berubah menjadi tantangan berat. Leni harus melewati jalur alternatif yang jauh lebih berbahaya, melintasi tebing licin yang rawan longsor.

“Kalau longsor, jalan bisa tertutup dan perjalanan jadi lebih berat. Beberapa kali sudah diperbaiki, tapi longsor lagi,” keluhnya.

Di tengah ancaman sungai dan longsoran tanah, semangat Leni tetap mengalir, menghidupi harapan anak-anak di sekolah dan madrasah kecilnya.

Semangat dan keteguhan seorang guru di pedalaman Sukabumi ini menjadi potret nyata bahwa pendidikan di negeri ini masih membutuhkan jembatan—bukan hanya dalam arti harfiah, tetapi juga jembatan perhatian, empati, dan aksi nyata dari semua pihak.

Reporter : Edo
Editor : Andra Permana

Berita Terkait

Back to top button
error: Content is protected !!