AdvertorialKabupaten SukabumiPemerintahanSosial

Dinas Pariwisata Sambut “Sukabumi Nyaah Ka Indung”

Sukabuminow.com || Ketika zaman terus melaju tanpa henti, ada satu nilai yang tak boleh dilupakan: kasih sayang kepada ibu. Di tengah gegap gempita pembangunan fisik dan ekonomi, Pemerintah Kabupaten Sukabumi melangkah lebih dalam —menyentuh hati, merawat jiwa— melalui peluncuran program “Sukabumi Nyaah Ka Indung” di Gedung Negara Pendopo Sukabumi, Jumat (11/4/25), sebuah gerakan sosial yang menyatukan cinta, budaya, dan moralitas.

Program ini bukan sekadar inisiatif administratif. Ia adalah nyala kecil dari harapan besar, yakni membangun masyarakat yang tidak hanya maju secara lahir, tetapi juga lembut secara batin. Terinspirasi dari kebijakan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, melalui program “Jabar Nyaah Ka Indung,” gerakan ini menjelma menjadi bentuk penghormatan paling luhur kepada para ibu dan lansia, pilar peradaban yang kerap terlupakan.

Bupati Sukabumi, Asep Japar, dalam pidatonya dengan mata berkaca-kaca, menyebutkan bahwa gerakan ini adalah ikhtiar moral. “Ibu adalah pusat dari kehidupan. Mereka tidak hanya melahirkan, tetapi juga memelihara nilai-nilai luhur yang membentuk kita menjadi manusia,” ungkapnya.

Dalam dunia yang semakin individualistik, ia ingin pemerintah hadir bukan hanya dalam angka statistik, tetapi dalam pelukan hangat kepada mereka yang kerap sunyi di usia senja.

Melalui program ini, seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemkab Sukabumi mendapat tugas yang jauh lebih besar daripada sekadar pelayanan birokrasi, mereka menjadi anak asuh bagi para ibu lansia yang hidup dalam keterbatasan. Merekalah yang akan menyapa, menengok, merawat, bahkan sekadar menemani untuk menghapus sepi. Ini adalah birokrasi dengan hati, sistem pemerintahan yang tidak melupakan rasa.

Salah-satu perangkat daerah yang menyambut program ini dengan penuh antusias adalah Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi. Kepala dinas, Sendi Apriadi, menegaskan bahwa jajarannya siap turun langsung. Baginya, cinta dan penghormatan kepada ibu adalah roh budaya Sunda, dan itu pula yang akan menjadi kekuatan dalam membangun pariwisata yang berkarakter dan berbudaya.

“Pariwisata tak bisa hanya tentang destinasi, tapi juga tentang jiwa yang menyambut. Dan siapa yang paling tahu tentang jiwa, kalau bukan para ibu?” ujar Sendi dengan nada penuh keyakinan, Sabtu (12/4/25).

Lebih dari sekadar program, “Sukabumi Nyaah Ka Indung” adalah gerakan kebudayaan. Ia mengajak semua pihak —masyarakat umum, dunia usaha, hingga generasi muda— untuk kembali menempatkan kasih sayang sebagai fondasi peradaban. Dalam setiap pelukan kepada ibu, tersimpan kekuatan untuk membangun masa depan yang lebih bermakna.

Di saat banyak daerah berlomba mencetak angka-angka capaian, Sukabumi memilih menanam nilai. Di saat banyak mata tertuju pada kemajuan fisik, Sukabumi menyapa jiwa. Karena di sanubari setiap kemajuan yang sejati, ada doa ibu yang tak pernah putus.

Dan pada akhirnya, merawat ibu bukan hanya tugas, melainkan kehormatan. Sebab dengan mencintai ibu, kita sedang membangun ulang jati diri kita sebagai manusia. (Andry Hidayat)

Redaktur : Andra Permana

Berita Terkait

Back to top button