Kabupaten SukabumiPeristiwa

Jeritan Petani Simpenan: “Sawah Kami Hancur, PT Golden Harus Bertanggung Jawab!”

Sukabuminow.com || Ratusan warga Desa Cihaur, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, memadati kawasan pesawahan yang kini berubah menjadi kubangan lumpur. Aksi ini sebagai bentuk protes keras terhadap Pemerintah Daerah dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat atas kerusakan lahan pertanian akibat banjir lumpur yang diduga berasal dari aktivitas tambang PT Golden. Aksi dilakukan pada Kamis (10/4/25).

Dari informasi yang dihimpun, warga merasa dirugikan secara ekonomi dan ekologis. Lahan pertanian yang selama ini menjadi sumber penghidupan utama warga kini tertimbun lumpur tebal. Aktivitas tambang yang dilakukan di hulu Sungai Cikonang dituding sebagai penyebab utama.

“Sungai Cikonang membawa lumpur dari atas, dan dua sungai lainnya —Cimanggu dan Kiaragaring— ikut menyebarkan material lumpur ke area pertanian,” ungkap Solehudin, tokoh masyarakat yang juga merupakan petani setempat.

Solehudin menegaskan bahwa keberadaan PT Golden telah lama menjadi keluhan masyarakat. Tak hanya menguasai hulu sungai, limbah dari aktivitas tambang juga diduga mencemari aliran air yang mengaliri sawah warga.

“Selama ini warga sudah sangat keberatan. Tapi tidak digubris. Limbah dibuang ke sungai, dan kini sawah kami rusak total. Lebih parah lagi, lahan yang dulu dijanjikan sebagai area pertanian malah dijadikan tambang,” ujarnya kecewa.

Senada dengan itu, Nirnawan —Ketua RT 02 RW 02 Kampung Ciengan— mengungkapkan bahwa banjir lumpur bahkan sempat menggenangi masjid kampung setinggi lutut. Pembersihan dilakukan secara swadaya tanpa bantuan dari pihak perusahaan.

“Cimanggu bawa lumpur paling banyak. PT Golden paling dominan. PT Sorgum udah bangkrut sejak 2023. Kiaragaring juga terafiliasi dengan PT Golden. Warga merasa dibohongi sejak awal,” katanya.

Ia menambahkan bahwa hingga kini tidak ada itikad baik dari perusahaan.

“Tidak ada permintaan maaf, tidak ada bantuan. Sawah kami rusak, kami cuma minta keadilan. Kalau bisa, tambang itu ditutup. Gak ada manfaat buat kami, hanya bawa derita,” sambungnya geram.

Di tengah bencana yang melanda, warga juga melampiaskan kekecewaan terhadap Kepala Desa Cihaur yang dianggap tidak berpihak kepada rakyat. Alih-alih mendukung aspirasi warganya, kepala desa malah dikabarkan meminta maaf kepada pihak perusahaan.

“Kami kecewa berat. Kepala desa seolah membela perusahaan. Kami sudah berkali-kali melapor, tapi tidak ditindaklanjuti. Malah kami yang seakan disalahkan. Ini sangat melukai perasaan kami sebagai warga,” kata salah-satu warga.

Hari ini, harapan besar warga tertuju kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang diinformasikan akan melakukan peninjauan langsung ke lokasi terdampak.

“Kami hanya ingin kehidupan normal kami kembali. Perbaikan sungai harus permanen, dan perusahaan yang merusak lingkungan harus dicabut izinnya. Kami petani, kami ingin sawah kami kembali,” pungkas Solehudin. (Edo)

Redaktur : Andra Permana

Berita Terkait

Back to top button